19 Februari 2012

0 Bahasa Jawa


Tingkatan Bahasa Jawa
Tatakrama, sopan santun, adab perilaku, dan budi pekerti adalah hal yang sangat ditekankan pada kehidupan masyarakat Jawa*. Baik dalam hal perkataan maupun perilaku sehari-hari. Dalam hal perilaku banyak hal yang sangat menyaratkan ditekankannya sopan santun. Seperti jika berjalan di depan orang yang lebih tua maka harus membungkukkan badan seraya bilang “nuwun”, yang dalam bahasa Indonesia berarti permisi. Dalam hal perkataan juga sampai-sampai ada 3 tingkatan demi rasa penghormatan. Ngoko, Kromo, dan Kawi.
Ngoko adalah tingkatan bahasa paling “kasar” dalam bahasa Jawa. Bahasa Ngoko terbagi lagi menjadi 2 yaitu Ngoko Lugu dan Ngoko Alus. Ngoko lugu adalah bahasa yang paling kasar. Bahasa ini sering digunakan oleh anak-anak kecil untuk berbicara sesamanya (tidak termasuk dalam lingkungan Keraton, karena biasanya mereka menggunakan bahasa Kromo Madyo). Sedangkan Ngoko Alus adalah bahasa Ngoko yang sudah ada perpaduan dengan Kromo. Jadi secara kata-kata juga sudah lebih sopan. Bahasa ini sering digunakan oleh orang tua kepada anak-anaknya yang masih kecil untuk mengajari anaknya sopan santun.
Kromo adalah tingkatan bahasa sangat sopan bila digunakan untuk percakapan. Kromo juga dibagi menjadi 2 yaitu Kromo Madyo dan Kromo Inggil. Kromo Madyo adalah bahasa pertengahan. Sedikit di atas bahasa Ngoko Alus tetapi di bawah Kromo Inggil. Kromo Madyo biasanya digunakan oleh para orang tua untuk berbicara kepada sesamanya atau kepada seseorang yang orang yang lebih mudah tetapi lebih dihormati tetapi pangkat tidak jauh beda. Seperti ketua RT dan Kepala Desa. Sedangkan Kromo Inggil adalah bahasa paling tinggi dalam tingkatan bahasa Jawa. Bahasa ini biasa digunakan oleh “abdi dalem” kepada “gustinya”, anak kepada orang tuanya, atau rakyat biasa kepada rajanya.
Bahasa Kawi adalah bahasa yang paling sopan, tetapi karena bahasa ini tergolong bahasa kuno maka jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Hanya segelintir orang saja yang memahami bahasa Kawi ini. Biasanya adalah para “guru”, “pendeta”, dan petinggi-petinggi kerajaan, karena bahasa kawi sangat dekat dengan Bahasa Sansekerta.
Catatan :
Jawa : yang dimaksud adalah Jawa Tengah dan Yogyakarta
Semoga sedikit berbagi pengetahuan di atas bisa bermanfaat.
Mohon maaf bila banyak kesalahan karena keterbatasan penulis. Kritik dan saran sangat penulis harapkan. Kritik dan saran bisa langsung di komentar atau bisa juga lewat e-mail di alamat pangeransodik13@gmail.com

0 Budaya Jawa


Parikan dan Cangkriman
Selain terkenal dengan tata karma, sopan santun, dan lemah lembutnya, Jawa* juga terkenal dengan beraneka ragam sastranya. Parikan dan cangkriman adalah beberapa contohnya. Namun seiring dengan berkembangnya budaya kehidupan, masuknya budaya-budaya baru, budaya-budaya lama sudah banyak terlupakan. Banyak generasi muda yang lebih memilih untuk mendalami bahasa asing daripada bahasa “ibu”*-nya sendiri. Untuk itu, penulis mencoba sedikit berbagi pengetahuan tentang budaya asli (khususnya sastra) Jawa.
Ada banyak jenis sastra yang berasal dari Jawa. Tetapi dalam bahasan kali ini akan dibahas tentang Parikan dan Cangkriman.
1. Parikan
Parikan adalah sejenis pantun bila dipadankan dengan budaya Indonesia. Seperti pantun yang sarat akan makna dan petuah, Parikan juga mengajarkan pesan moral yang tinggi. Walaupun banyak juga Parikan yang isinya seperti pantun jenaka, tetapi sebenarnya banyak makna yang tersirat. Susunan kebahasaan juga mirip, ada pambuko (sampiran) dan juga isi. Parikan biasanya digunakan untuk penghibur hati, bahan bercanda, ataupun penyampaian pesan moral orang tua kepada anaknya.
Beberapa contoh Parikan yaitu :
a. Wedang bubuk, gula jawa à Yen kepethuk, ati lega
Artinya : (minum) kopi pakai gula jawa, kalau bertemu hati terasa lega.
Mungkin banyak orang (walau bukan orang Jawa) sering mendengar kalimat ini. Parikan yang seperti ini, dari isinya terlihat kalau parikan tersebut menggambarkan seseorang yang sedang jatuh cinta. Walau hanya bertemu dan tidak saling sapa tapi hati sudah terasa senang.
b. Manuk Emprit, menclok godhong tebu à dadi murid, sing sregep sinau.
Artinya : burung kutilang, bertengger di daun tebu, jadi murid yang rajin belajar
Ini adalah salah satu parikan yang digunakan untuk memberi nasihat kepada anak-anak agar mereka menjadi rajin belajar.
c. Esuk nyuling, sore nyuling, sulingane arek Surabaya à esuk eling, sore eling, seng dieling ra rumangsa
Artinya : Pagi bermain seruling, sore bermain seruling, bermain seruling cara anak Surabaya, pagi ingat, sore ingat, orang yang diingat tidak merasa
Layaknya seseorang yang sedang kasmaran tetapi bertepuk sebelah tangan.
2. Cangkriman
Cangkriman adalah tebak-tebakan dalam bahasa Jawa. Mirip dengan permainan teka-teki. Cangkriman digunakan untuk mendidik anak-anak agar pola mempunyai pola berpikir yang kritis. Biasanya cangkriman digunakan orang tua untuk bercanda dengan anaknya disela-sela waktu senggang atau waktu istirahat.
Beberapa contoh cangkriman yaitu :
a. Sega sakepel dirubung tinggi, opo? (Nasi satu kepal disusun tinggi)
Mungkin orang akan bingung untuk menjawab pertanyaan seperti itu, tetapi sebenarnya dalam cangkriman, jawaban yang perlu dicari adalah banyaknya persamaan dengan benda yang lain. Tetapi persamaan itu adalah persamaan yang unik dan mencolok.
Dan jawaban dari cangkriman di atas adalah “buah salak”.
Mengapa??? Dikarenakan, nasi yang disusun tinggi maka akan berbentuk seperti buah salah yang dibalik. Sama-sama berbentuk kerucut bagian atasnya. Hal inilah yang bisa menjadi sarana mengajar anak-anak karena mereka diajak berpikir tetapi dengan sesuatu yang menyenangkan.
b. Pitik walik saba kebon, opo? (Ayam dibalik mirip kebun besar)
Jawabannya adalah “buah nanas”, kenapa??? Karena buah nanas memiliki banyak persamaan dengan ayam yaitu bagian kulit dan ekornya. Daun-daun yang ada pada buah nanas mirip dengan ekor ayam sedangkan kulit nanas diumpamaan dengan bulu-bulu ayam.
Catatan :
Jawa : yang dimaksud adalah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta
bahasa “ibu” : bahasa asli daerahnya
Semoga sedikit berbagi pengetahuan di atas bisa bermanfaat.
Mohon maaf bila banyak kesalahan karena keterbatasan penulis. Kritik dan saran sangat penulis harapkan. Kritik dan saran bisa langsung di komentar atau bisa juga lewat e-mail di alamat pangeransodik13@gmail.com
 

Simple Note Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates