21 Juli 2012

0 “Padusan” Bersih Diri Jelang Ramadhan Tradisi Jawa


Bulan Ramadhan adalan bulan yang senantiasa ditunggu-tunggu setiap insan muslim. Pahala untuk setiap kebaikan yang dilipatgandakan berpuluh, beratus, bahkan beribu (dalam hitungan manusia) menjadi “ladang amal” yang pasti harus dimanfaatkan. Selain itu, dengan berkurangnya godaan untuk berbuat baik (syaitan dikurung dineraka untuk sebulan Ramadhan) membuat kita lebih mudah untuk melakukan kebaikan karena hanya tinggal mengalahkan nafsu kita. Tetapi “perang” melawan hawa nafsu inilah yang paling berat.
Untuk menyambut bulan ramadhan yang agung ini, banyak cara dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat sesuai budaya mereka masing-masing. Salah satunya yaitu tradisi “padusan” yang dilakukan oleh masyarakat Jawa.
“Padusan” berarti tempat mandi. Tetapi lambat laun, “padusan” juga digunakan untuk mengistilahkan tradisi mandi khusus sebelum menjalankan ibadah. Mengapa dibilang khusus?
Bukan berarti pengsakralan kegiatan tersebut. Tetapi lebih ke membersihkan diri secara menyeluruh sebelum menjalankan ibadah di bulan yang suci. Banyak cara yang dilakukan dalam “padusan” ini. Mulai dari keluarga keraton yang menjalankan tradisi ini di tempat pemandian keraton sampai warga biasa yang menjalankannya di sungai.
Selain itu, properti yang digunakan juga beraneka macam. Bahkan ada yang sampai mandi dengan dicampur bunga mawar. Budaya ini memang terlihat kejawen. Memang benar, karena budaya jawa lahir dari kebudayaan Hindu-Budha. Sedangkan Islam datang lebih “lambat” sehingga budaya Hindu-Budha sudah melekat di masyarakatnya. Sehingga meski Islam sudah disebarkan secara gigih, budaya itu masih tidak bisa dihilangkan secara sempurna. Bahkan para Sunan (sebutan wali yang mempelopori menyebarkan agama Islam di pulau Jawa) malah mengkemas ajaran Islam menurut budaya setempat. Termasuk “padusan”. Bukan berarti meleburkan ajaran Islam ke budaya pendahulunya, tetapi menyampaikan ajaran Islam yang dikemas dengan memanfaatkan budaya yang ada. Seperti Sunan Kalijaga yang menyebarkan Islam dengan wayang dengan memodifikasi bentuk dan cerita wayangnya sehingga lebih bernuansa Islami dan tidak menyimpang.
Budaya “padusan” dengan bunga mawar memang terlihat klenik dan mistis serta musyrik. Tetapi itu semua kembali pada diri kita masing-masing. “Innamal a’malu bin niyat”.
Jadi jika kita niatkan mandi dengan dicampur bungan mawar untuk mengharumkan tubuh demi menyambut indahnya bulan suci Ramadhan, maka hal itu menjadi tidak menyimpang dari ajaran Islam kan?
Bingung mau nulis apa lagi... :D

 

Simple Note Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates