Mungkin tidak asing lagi dan memang sudah cukup umum (*dan bahkan setiap tahun*) ibukota Indonesia, Jakarta selalu di landa banjir yang bisa mencapai ketinggian satu meter. Mungkin juga tidak asing lagi jika Jepang yang Negara paling maju sekalipun sering diguncang gempa bumi yang bahkan bisa mencapai 7 skala Riechter (*meskipun rata-rata masih di bawah 5*). Sering juga terdengar berita bahwa Miami, Florida, kawasan tepi samudra Atalntik juga sering mengalami El Nino atapun La Nina. Lalu pertanyaanya untuk apakah semua itu???
Banyak orang berpendapat bahwa semua itu adalah BENCANA (*mereka sering menyebutnya bencana alam*), tetapi banyak juga yang menyebut bahwa itu adalah UJIAN HIDUP dan memang sudah fenomena alam.
Banyak orang berpendapat bahwa semua itu adalah BENCANA (*mereka sering menyebutnya bencana alam*), tetapi banyak juga yang menyebut bahwa itu adalah UJIAN HIDUP dan memang sudah fenomena alam.
Kali ini akan ditinjau dari segi bencana (*karena sebagian besar juga media memberitakan dengan sebutan bencana alam*). Apakah yang akan ditinjau??? Seperti mata kuliah bahasa Indonesia, ada 5 hal yang harus diperhatikan pada sebuah berita jika ingin beritanya itu menjadi berita yang baik. Terkenal dengan 5W+H (what, where, when, why, who, how). Mungkin baik juga jika diungkapkan satu per satu bagian agar menjadi lebih jelas, tetapi seperti kita ketahui bersama, hal tersebut sangatlah berkaitan sehingga mungkin nantinya satu sub pembahasan akan menyinggung bagian lain.
Yang akan dibahas perdana adalah bagian what. Dalam kamus Inggris-Indonesia versi Oxford kata tersebut di artikan sebagai “apa”. Jadi apa itu Bencana??? Mungin akan banyak orang bisa yang menafsirkan arti kata tersebut jika mereka ditanya. Tetapi pada intinya menjurus pada arah yang sama. Bencana (*musibah*) adalah suatu fenomena hidup yang memang sudah harus dijalani. Pada titik ini, maka kehidupan kita pada fase yang sedang tidak bersahabat dengan kita. (*mungkin pikiran itulah yang bisa diutarakan penulis, sesuai dengan tipenya MELANKOLIS + PERFEKSIONIS*).
Lalu dimana (where) dan kapan (when) bencana itu bisa terjadi??? (*hal ini dibahas bersamaan karena memang sangat erat hubungannya. Jawabannya adalah bencana bisa terjadi kapanpun dan dimanapun. Tidak peduli apakah itu di daerah terpencil atau perkotaan. Tidak peduli apakah di tengah laut maupun tengah daratan. Bahkan tidak peduli kalaupun itu diluar angkasa. Dan masalah waktu adalah hak prerogartif dari Sang Pengatur Laku Manusia. Dan kalaupun itu sudah ditetapkan, kita tidak akan bisa menyanggahnya.
Who dan How adalah hal yang akan diuraikan selanjutnya. Berbicara masalah siapa, maka kurang layak dan pantas jika seandainya bertanya “siapa yang menciptakan bencana ini???” Jawabannya hanya dan hanya satu, yaitu Dzat yang Maha di atas segala Maha, Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang pantas kita ajukan adalah pertanyaan “SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB PADA BENCANA INI???” Jawabannya adalah kita semua bertanggung jawab. Mengapa??? Karena kita yang mendiami bumi ini. Kita yang memanfaatkannya. Maka kita yang bertanggung jawab atas semua itu. (*terlepas dari bahwa itu takdir Tuhan*).
Lalu bagaimana (howi) itu bisa terjadi??? Mungkin kite semua sudah tahu, bahwa itu takdir Dzat Pemberi Hidup, tetapi terlepas dari semua itu, maka pasti ada peran dari manusia yang menyebabkan hal itu bisa terjadi. Karena segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah terjadi dengan perantara, tidak terjadi dengan spontan. Seperti kelahiran yang diperantarai oleh rahim sang ibunda. Begitu juga bencana, pasti ada perantara dan penyebabnya. Dan jika kita melihat fakta ke belakang maka pernyataan itu memang benar. Sering kita melihat sampah yang bertumpuk dan dan berserakan (*mungkin kurang tepat pemilihan katanya*) di sungai yang menyebabkan air sungai susah untuk mengalir. Sering juga kita melihat penebangan hutan dimana-mana demi kepentingan selembar dua lembar dolar (*mungkin tidak bisa dituliskan langsung seberapa besarnya, itu hanyalah kiasan*) menyebabkan hutan gundul. Pembalakan dan pembakaran hutan juga sama. Pasti juga kita melihat jika pergi ke kota-kota besar, kanan kiri depan belakang, yang terlihat hanyalah bangunan, bangunan, dan bangunan. Mulai rumah, sekolah, pasar, hotel-hotel mewah, apartemen, dan masih banyak lagi. Lalu masih PANTASKAH KITA BERTANYA BAGAIMANA BENCANA ITU BISA TERJADI???
Dan aspek yang paling penting dari sebuah arti bencana adalah WHY (mengapa bencana itu harus terjadi dan harus ada???). Bertanya mengapa berarti bertanya hubungan sebab dan akibat. Mungkin tidak jauh berbeda jika kita melhat dari sudut pandang bagaimana??? Tetapi yang akan digaris bawahi dan ditekankan adalah mengapa bencana ini harus terjadi, ada apa sebenarnya???
Mungkin bagi generasi muda (*termasuk penulisnya sendiri*) perbedaan budaya dan kebiasaan masyarakat tidaklah signifikan. Tetapi bagi sebagian besar orang tua (*menurut cerita*) masyarakat sekarag sudah sangat berbeda dengan masyarakat dulu (*lebih-lebih masyarakat kota yang sudah jauh lebih modern*), ada sesuatu yang sudah lama hilang. Sesuatu yang hilang itu adalah SIFAT SOSIAL. Masyarakat yang dulu sangat rukun akrab, sangat solider sesamanya, sangat ramah dan akur, sangat gemar tolong menolong. Masyarakat yang dulu sangat peka terhadap terhadap lingkungannya, baik lingkungan alam dan sosialnya. Sekarang sudah hilang entah kemana. Banyak individu yang lebih suka menampakkan individualism dan egoisme, daripada bergotong royong dan saling tolong menolong. Banyak orang yang sudah sangat kurang hubungan kekerabatan dan keakrabannya, bahkan sesame saudara sendiri. Banyak orang yang rela mengorbankan lingkungan demi memperkaya diri. Banyak orang yang tega mengorbankan hak-hak saudara dan sesamanya demi kepentingan sendiri.
Lalu MENGAPA HARUS DENGAN BENCANA???
(*masih dalam kegelapan, listrik sudah sejak ba’da subuh tadi pagi mati dan sekarang pukul 20.32 belum ada tanda-tanda akan menyala*).
(*sampai bagian di atas ini ditulis pada 25 Januari 2012, selesai pukul 20.32*)
(*21.26… Alhamdulillah listrik menyala lagi. Tapi sayangnya ide lom keluar jadi lom dilanjutin…*)
(*melanjutkan lagi dihari berikutnya setelah listrik hidup… 20.06*)
Mungkin aspek itulah yang paling penting dari pembahasan ini semua. Karena mengapa mengandung aspek yang menunjukkan sebab akibat. Berbicara masalah sebab, mungkin sudah menjadi rahasia umum kalau sebagian besar bencana yang terjadi adalah akibat baik secara langsung atau tidak langsung dari perbuatan dan keseharian manusia sendiri. sampah yang menggenang di sungai, hutan yang gundul terbabat, maupun gunung kapur yang rapuh akibat penambangan. Tapi lebih dari itu, mengapa Tuhan Yang Maha Esa harus memberi kita sebuah bencana???
Jawabannya adalah satu, yaitu untuk peringatan umat manusia. Peringatan terhadap apa??? Banyak yang telah diutarakan di atas, bahwa rasa kemanusiaan dan rasa persaudaraan telah mulai menghilang. Padahal itu adalah hal yang sangat penting dalam bermasyarakat untuk membangun masyarakat yang madani. Membangun masyarakat yang sesuai dengan kehendak-Nya. Selain itu, bahkan kepercayaan kepada Dzat Pemberi Hidup sudah mulai luntur. Adanya pemisahan antara kehidupan dunia dan akhirat hampir sama fatalnya dengan tidak beragama. Agama yang bisa menjadi pondasi dan pedoman hidup yang paling baik (*jika diamalkan dengan baik*) harus senantiasa dijalankan. Pemisahan akan menjadikan kehidupan tidak seimbang.
Lewat jalan inilah (*BENCANA*) Tuhan Yang Maha Esa MEMPERINGATKAN kita agar senantiasa dekat kepadanya tidak hanya pada saat di tempat peribadatan saja, tidak hanya ketika acara-acara keagamaan saja, tetapi dalam semua aspek kehidupan. Mengingatkan kembali kepada kita untuk senantiasa berjiwa kemanusiaan yang tinggi. Persaudaraan, persamaan derajat, tolong menolong, tenggang rasa, dan kerukunan merupakan bekal yang harus kita bawa untuk membangun masyarakat yang madani.
Semoga bermanfaat.
(*buah dari pelarian rasa galau… memanfaatkan kelemahan menjadi sesuatu yang bermanfaat.
(*20.27 alhamdulillah selesai juga.. :D *)