27 Januari 2012

0 Peringatan Hidup: Bencana, Peringatan, dan Diri Kita


Mungkin tidak asing lagi dan memang sudah cukup umum (*dan bahkan setiap tahun*) ibukota Indonesia, Jakarta selalu di landa banjir yang bisa mencapai ketinggian satu meter. Mungkin juga tidak asing lagi jika Jepang yang Negara paling maju sekalipun sering diguncang gempa bumi yang bahkan bisa mencapai 7 skala Riechter (*meskipun rata-rata masih di bawah 5*). Sering juga terdengar berita bahwa Miami, Florida, kawasan tepi samudra Atalntik juga sering mengalami El Nino atapun La Nina. Lalu pertanyaanya untuk apakah semua itu???
Banyak orang berpendapat bahwa semua itu adalah BENCANA (*mereka sering menyebutnya bencana alam*), tetapi banyak juga yang menyebut bahwa itu adalah UJIAN HIDUP dan memang sudah fenomena alam.
Kali ini akan ditinjau dari segi bencana (*karena sebagian besar juga media memberitakan dengan sebutan bencana alam*). Apakah yang akan ditinjau??? Seperti mata kuliah bahasa Indonesia, ada 5 hal yang harus diperhatikan pada sebuah berita jika ingin beritanya itu menjadi berita yang baik. Terkenal dengan 5W+H (what, where, when, why, who, how). Mungkin baik juga jika diungkapkan satu per satu bagian agar menjadi lebih jelas, tetapi seperti kita ketahui bersama, hal tersebut sangatlah berkaitan sehingga mungkin nantinya satu sub pembahasan akan menyinggung bagian lain.
Yang akan dibahas perdana adalah bagian what. Dalam kamus Inggris-Indonesia versi Oxford kata tersebut di artikan sebagai “apa”. Jadi apa itu Bencana??? Mungin akan banyak orang bisa yang menafsirkan arti kata tersebut jika mereka ditanya. Tetapi pada intinya menjurus pada arah yang sama. Bencana (*musibah*) adalah suatu fenomena hidup yang memang sudah harus dijalani. Pada titik ini, maka kehidupan kita pada fase yang sedang tidak bersahabat dengan kita. (*mungkin pikiran itulah yang bisa diutarakan penulis, sesuai dengan tipenya MELANKOLIS + PERFEKSIONIS*).
Lalu dimana (where) dan kapan (when) bencana itu bisa terjadi??? (*hal ini dibahas bersamaan karena memang sangat erat hubungannya. Jawabannya adalah bencana bisa terjadi kapanpun dan dimanapun. Tidak peduli apakah itu di daerah terpencil atau perkotaan. Tidak peduli apakah di tengah laut maupun tengah daratan. Bahkan tidak peduli kalaupun itu diluar angkasa. Dan masalah waktu adalah hak prerogartif dari Sang Pengatur Laku Manusia. Dan kalaupun itu sudah ditetapkan, kita tidak akan bisa menyanggahnya.
Who dan How adalah hal yang akan diuraikan selanjutnya. Berbicara masalah siapa, maka kurang layak dan pantas jika seandainya bertanya “siapa yang menciptakan bencana ini???” Jawabannya hanya dan hanya satu, yaitu Dzat yang Maha di atas segala Maha, Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang pantas kita ajukan adalah pertanyaan “SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB PADA BENCANA INI???” Jawabannya adalah kita semua bertanggung jawab. Mengapa??? Karena kita yang mendiami bumi ini. Kita yang memanfaatkannya. Maka kita yang bertanggung jawab atas semua itu. (*terlepas dari bahwa itu takdir Tuhan*).
Lalu bagaimana (howi) itu bisa terjadi??? Mungkin kite semua sudah tahu, bahwa itu takdir Dzat Pemberi Hidup, tetapi terlepas dari semua itu, maka pasti ada peran dari manusia yang menyebabkan hal itu bisa terjadi. Karena segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah terjadi dengan perantara, tidak terjadi dengan spontan. Seperti kelahiran yang diperantarai oleh rahim sang ibunda. Begitu juga bencana, pasti ada perantara dan penyebabnya. Dan jika kita melihat fakta ke belakang maka pernyataan itu memang benar. Sering kita melihat sampah yang bertumpuk dan dan berserakan (*mungkin kurang tepat pemilihan katanya*) di sungai yang menyebabkan air sungai susah untuk mengalir. Sering juga kita melihat penebangan hutan dimana-mana demi kepentingan selembar dua lembar dolar (*mungkin tidak bisa dituliskan langsung seberapa besarnya, itu hanyalah kiasan*) menyebabkan hutan gundul. Pembalakan dan pembakaran hutan juga sama. Pasti juga kita melihat jika pergi ke kota-kota besar, kanan kiri depan belakang, yang terlihat hanyalah bangunan, bangunan, dan bangunan. Mulai rumah, sekolah, pasar, hotel-hotel mewah, apartemen, dan masih banyak lagi. Lalu masih PANTASKAH KITA BERTANYA BAGAIMANA BENCANA ITU BISA TERJADI???
Dan aspek yang paling penting dari sebuah arti bencana adalah WHY (mengapa bencana itu harus terjadi dan harus ada???). Bertanya mengapa berarti bertanya hubungan sebab dan akibat. Mungkin tidak jauh berbeda jika kita melhat dari sudut pandang bagaimana??? Tetapi yang akan digaris bawahi dan ditekankan adalah mengapa bencana ini harus terjadi, ada apa sebenarnya???
Mungkin bagi generasi muda (*termasuk penulisnya sendiri*) perbedaan budaya dan kebiasaan masyarakat tidaklah signifikan. Tetapi bagi sebagian besar orang tua (*menurut cerita*) masyarakat sekarag sudah sangat berbeda dengan masyarakat dulu (*lebih-lebih masyarakat kota yang sudah jauh lebih modern*), ada sesuatu yang sudah lama hilang. Sesuatu yang hilang itu adalah SIFAT SOSIAL. Masyarakat yang dulu sangat rukun akrab, sangat solider sesamanya, sangat ramah dan akur, sangat gemar tolong menolong. Masyarakat yang dulu sangat peka terhadap terhadap lingkungannya, baik lingkungan alam dan sosialnya. Sekarang sudah hilang entah kemana. Banyak individu yang lebih suka menampakkan individualism dan egoisme, daripada bergotong royong dan saling tolong menolong. Banyak orang yang sudah sangat kurang hubungan kekerabatan dan keakrabannya, bahkan sesame saudara sendiri. Banyak orang yang rela mengorbankan lingkungan demi memperkaya diri. Banyak orang yang tega mengorbankan hak-hak saudara dan sesamanya demi kepentingan sendiri.
Lalu MENGAPA HARUS DENGAN BENCANA???
(*masih dalam kegelapan, listrik sudah sejak ba’da subuh tadi pagi mati dan sekarang pukul 20.32 belum ada tanda-tanda akan menyala*).
(*sampai bagian di atas ini ditulis pada 25 Januari 2012, selesai pukul 20.32*)
(*21.26… Alhamdulillah listrik menyala lagi. Tapi sayangnya ide lom keluar jadi lom dilanjutin…*)
(*melanjutkan lagi dihari berikutnya setelah listrik hidup… 20.06*)
Mungkin aspek itulah yang paling penting dari pembahasan ini semua. Karena mengapa mengandung aspek yang menunjukkan sebab akibat. Berbicara masalah sebab, mungkin sudah menjadi rahasia umum kalau sebagian besar bencana yang terjadi adalah akibat baik secara langsung atau tidak langsung dari perbuatan dan keseharian manusia sendiri. sampah yang menggenang di sungai, hutan yang gundul terbabat, maupun gunung kapur yang rapuh akibat penambangan. Tapi lebih dari itu, mengapa Tuhan Yang Maha Esa harus memberi kita sebuah bencana???
Jawabannya adalah satu, yaitu untuk peringatan umat manusia. Peringatan terhadap apa??? Banyak yang telah diutarakan di atas, bahwa rasa kemanusiaan dan rasa persaudaraan telah mulai menghilang. Padahal itu adalah hal yang sangat penting dalam bermasyarakat untuk membangun masyarakat yang madani. Membangun masyarakat yang sesuai dengan kehendak-Nya. Selain itu, bahkan kepercayaan kepada Dzat Pemberi Hidup sudah mulai luntur. Adanya pemisahan antara kehidupan dunia dan akhirat hampir sama fatalnya dengan tidak beragama. Agama yang bisa menjadi pondasi dan pedoman hidup yang paling baik (*jika diamalkan dengan baik*) harus senantiasa dijalankan. Pemisahan akan menjadikan kehidupan tidak seimbang.
Lewat jalan inilah (*BENCANA*) Tuhan Yang Maha Esa MEMPERINGATKAN kita agar senantiasa dekat kepadanya tidak hanya pada saat di tempat peribadatan saja, tidak hanya ketika acara-acara keagamaan saja, tetapi dalam semua aspek kehidupan. Mengingatkan kembali kepada kita untuk senantiasa berjiwa kemanusiaan yang tinggi. Persaudaraan, persamaan derajat, tolong menolong, tenggang rasa, dan kerukunan merupakan bekal yang harus kita bawa untuk membangun masyarakat yang madani.
Semoga bermanfaat.
(*buah dari pelarian rasa galau… memanfaatkan kelemahan menjadi sesuatu yang bermanfaat.
(*20.27 alhamdulillah selesai juga.. :D *)

0 Peringatan Hidup: Cobaan, Hikmah, dan Illahi


Bagi sebagian besar orang, hidup itu seperti roda. Berputas terus berputar sampai tidak bisa berputar kembali. Kadang di atas, kadang di bawah. Roda sering juga tidak hanya melewati jalanan yang jalanan yang mulus. Jalan berbatu dan berduri sering kali terlewati.
Bagi sebagian besar orang juga, hidup itu seperti berjalan ke puncak gunung. Ketika masih di lembah jalanan masih datar dan mudah di lalui. Semakin ke atas, jalan yang dilalui semakin curam dan resiko untuk jatuh semakin besar juga. Bahkan tidak hanya itu, terpaan angina juga semakin kencang.
Itulah hidup. Tidak selamanya kita mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan. Tetapi sering juga kita merasakan sisi pahitnya kehidupan. Yang mungkin sampai untuk beberapa orang, kematian lebih dipilihnya. Hidup yang berjalan, senantiasa menuju kedewasaan (*kata seorang teman, seperti anak kuliah yang akan naik tingkat*). Pada saat anak-anak, masih hanya terpikir untuk bermain dan meminta kepada orang tua. Sedikit mulai dewasa, mulai adanya rasa malu ketika hanya bisa meminta dan meminta tanpa bisa memberi. Sampai pada suatu saat, bisa memberikan kebahagiaan kepada orang-orang yang kita cintai. Tetapi proses menuju itu tidaklah mudah. Seperti seorang pendaki, semakin naik ke atas gunung, semakin kencang juga terpaan anginnya. Sama halnya dengan hidup, semakin kita menuju kedewasaan (*tidak hanya fisik, tetapi jiwa dan akal*) semakin besar juga ujian yang kita hadapi.
Ujian (*masalah*) bisa datang dalam berbagai bentuk laksana air yang punya tiga wujud. Dari yang paling keras yaitu es, berubah mencair dan akhirnya berubah menjadi uap yang siap mengudara. Mulai dari masalah yang sangat ringan sampai-sampai kita tidak sadar bahwa itu adalag suatu bentuk ujian. Masalah sedang yang kita secara sadar merasakan akibat yang kurang bersahabat pada kita dan berusaha untuk memecahkan dan melaluinya. Sampai masalah yang begitu berat yang kadang sampai bisa membuat hidup berasa tidak ada artinya lagi. Ataupun masalah yang kelihatannya kecil walaupun sebenarnya membawa dampak besar bagi kehidupan kita.
Mungkin banyak orang yang bertanya mengapa harus sering mendapat masalah (*cobaan*) yang begitu berat.???
Mungkin juga akan sangat banyak jawaban dan penafsiran yang lebih bijak.
Masalah hadir dalam kita ibarat garam dalam masakan. Masakan akan hambar tanpa garam. Begitu juga kehidupan. Hidup akan statis jika tidak ada yang bisa membuat kita berubah (*naik tingkat*). Salah satu jalan untuk menaiktingkatkan derajat kita adalah dengan masalah. Jika bisa melalui masalah tersebut maka derajat kita akan naik. Yang dimaksudkan adalah jika suatu saat kita menghadapi masalah yang sama atau mirip maka sudah akan bisa tahu cara penyelesaiannya.
Banyak juga orang yang lupa diri (*baik kepada orang-orang disekitarnya bahkan kepada Tuhannya*) ketika dalam keadaan bahagia. Yang terpikirkan adalah untuk menikmati kebahagiaan dari hasil kerja keras yang telah dilakukannya. Menikmatinya sebelum kebahagiaan itu pergi darinya. Sehingga banyak aspek yang cenderung luput darinya. Keluarga, teman, bahkan Tuhan.
Masalah merupakan suatu jalan yang dianugerahkan oleh Illahi bagi kita. Anugerah yang bisa mendekatkan lagi kita kepada orang-orang disekitar kita. (*bukan maksudnya bermasalah dengan orang-orang disekitar kita*). Masalah yang berat sering kali tidak bisa hanya dihadapi seorang diri. Bantuan orang lain akan sangat membantu, meskipun hanya sebagai pendengar yang baik. Sisi positif satu inilah yang bisa diambil ketika seseorang sedang menghadapi masalah. Rasa saling membutuhkkan dan bantu membantu akan timbul.
Banyak orang yang sangat tidak peka dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Tetapi secara reflek dan tanpa sadar akan membantu baik dana, tenaga, usaha jika ada suatu bencana atau musibah. Banyak tangan-tangan dermawan mendadak ketika terjadi suatu bencana. Banyak hati tiba-tiba merasa iba ketika melihat keadaan yang begitu miris (*menyedihkan*).
Banyak juga kaum manusia yang tiba-tiba saja ingat kepada Rabb-nya ketika tertimpa suatu masalah. Sakit misalnya. Banyak orang tiba-toba berdoa kepada Tuhannya agar cepat-cepat disembuhkan dari sakit. Padahal selama sehatnya tidak pernah atau jarang dia mengingat Tuhannya. Banyak juga orang yang tiba-tiba rajin beribadah ketika sedang mengalami kesulitan (*keuangan misalnya*) dengan harapan bisa mendapat kelonggaran rezeki. Banyak juga orang yang tiba-tiba menjadi rajin bangun malam dan memohon dalam tangis kepada Rabbnya ketika ia memiliki keinginan yang harus terwujud dalam waktu dekat.
Salah satu jalan inilah yang ditempuh oleh Dzat Pemberi Hidup untuk mendekatkan manusia lagi kepada jalan yang seharusnya. Dan jalan ini jugalah yang membuktikan bahwa Tuhan masih memperhatikan kita. Selalu menginginkan kita untuk bisa naik derajat baik di mata manusia maupun di sisi-Nya.
Semoga bermanfaat.

24 Januari 2012

0 Di Mulainya Semester 4

Aku, Semester 4, dan 27 SKS

Departemen Ilmu Komputer, tidak terasa sudah aku jajaki selama satu semester. Semester tiga sudah berakhir dengan berakhirnya Ujian Akhir Semester (*biasanya diplesetin jadi Ujian Agak Serius*) kemaren 11 Januari 2012. Semua mahasiswa Ilkom 47 (*yang menyebut diri kami PIXELS 47*) sudah bisa lega semenjak saat itu. Meskipun masih was-was dan deg-degan ga jelas karena menunggu “Sang Nilai” keluar dari peraduannya. Menurut aturan dan janji (*kontrak kuliah*) tepatnya, nilai UTS (*plesetanya Ujian Tidak Serius*) atau UAS sudah bisa dilihat maksimal 2 minggu setelah ujian, namun buktinya, banyak mata kuliah yang pengumuman nilainya memang 2 minggu, tetapi sebelum UAS (*pengalaman pada UTS*).

Tetapi tidak apalah, nilai itu sebuah hasil, yang penting kan prosesnya sudah terlampaui. Usaha dan Doa sudah dijalani semenjak menginjakkan kaki di semester 3. Untuk hasil tinggal menyerahkan pada Dzat Pemberi Hidup. Tetapi yang kadang sering menyesakkan hati adalah ketika kita melihat teman kita hasilnya lebih baik dari kita padahal usaha (*yang dia perlihatkan*) lebih minim dari kita. Walau tidak boleh berburuk sangka pada orang sebenarnya. Mungkin saja orang itu belajarnya memang bukan untuk ditunjukkan pada orang lain, jadi secara diam-diam saja.
Tapi apapun itu, yang pasti itu masa lalu, semester 3 sudah lewat. Tinggal menyongsong semester 4 yang sudah di depan mata. Berbicara tentang semester 4 ada beberapa tanggal penting sebelum menginjakkan kaki di semester 4.
23 – 25 Januari 2012 : Uji Coba KRS Online
30 Januari – 4 Februari 2012 : Perwalian / Bimbingan Akademik
6 – 9 Februari 2012 : KRS A Online
Berhubung sekarang tanggal 24 Januari 2012 maka yang akan sedikit di ulas adalah Uji Coba KRS Online (*kebetulan juga baru saja melakukannya*). Uji Coba KRS Online, layaknya sebuah uji coba, maka dalam tahap ini hanya ada simulasi-simulasi untuk persiapan pengisian KRS Online yang sebenarnya. Untuk sebagian besar Ilkom 47, Semester 4 mungkin tidak jauh berbeda dengan semester 3 kemarin. Karena waktu melihat mata kuliahnya juga tidak jauh berbeda kuantitaifnya dibanding semester lalu. Meski diakui lumayan banyak praktikum pada semester ini.
Tapi sebelum itu, sewaktu membua KRS yang dibingungkan bukanlah mata kuliah mayor, tetapi adalah mata kuliah minor (*Alhamdulillah bisa mengambil minor Ekonomi Syariah*). Mengapa???
Mata kuliah mayor (*+interdept*) seperti biasa hanya mencapai angka 18 sks seperti semester ganjil kemaren (*meski sudah dibilang, lumayan dapat banyak tambahan praktikum*) jadi wajar dan bisa diambil semua pada semester itu. Yang menjadi keheranan adalah mata kuliah minor, ada 9 SKS. Dan berarti kalo mau di ambil semua bakal bisa mencapai rekor yaitu 27 SKS (*padahal batas ambang maksimum adalah 25 SKS*).r
Keheranan inilah yang sedikit menjadi bahan pemikiran ketika mengambil mata kuliah. Mengutamankan mayor + interdept atau minor???
Bagi sebagian besar orang (*mahasiswa dan ditambah sugesti dosen*) mata kuliah yang harus diutamakan adalah mata kuliah mayor (*wajar*), interdept, baru minor dan atau supporting course. Alasannya adalah bahwa mayor merupakan mata kuliah inti dan akan menjadi keahlian utama jadi harus dikuasai sebelum yang lain-lainya, sedangkan interdept adalah bekal penunjang untuk mencapai keahlian mayor (*meski dirasa ada yang berbeda dari harapan itu*). Sedangkan minor adalah keahlian pendukung sehingga prinsipnya kalau memang bisa diambil berarti diambil, kalaupun belum bisa ditunda.
Tetapi ada juga sebagian besar juga yang berasumsi bahwa mayor bisa juga diambil nanti, seandainya tidak menjadi prasyarat mata kuliah di semester depannya (*tetapi sebagian besar mayor menjadi prasyarat*). Mata kuliah interdeptpun sama demikian, dan lebih longgarnya karena tidak menjadi prasyarat mata kuliah berikutnya. Dan akhirnya bisa mengutamakan mata kuliah minor.
Alasannya adalah bahwa kalau itu bukan mata kuliah prasyarat semester depannya maka bisa diambil nanti, mengingat mayor adalah hak kita, sehingga kita bisa menganggap bahwa kita adalah anak mereka. Sebagai seorang anak, sepertinya tidak mungkin ditelantarkan begitu saja oleh departemen sehingga tidak akan lebih sulit jika mengambil di semester lain. Interdept juga bisa di tunda (*apalagi yang ada di semester genap maupun ganjil*). Sedangkan minor, banyak beranggapan kalo mengambil minor ibarat menumpang di rumah saudara. Meskipun tidak akan ditelantarkan, jika ada beberapa urusan yang harus diurus akan lebih rumit. Sehingga bisa diutamakan.
Sekarang yang dibingungkan adalah mau berapa SKS kah yang diambil???
Apakah mau tetap nekat mengambil 27 SKS?? (*yang kemungkinan besar imposible*)
Apakah mau menunda satu mata kuliah??? (*yang berarti 24 SKS*)
Apakah malah diharuskan hanya bisa mengambil satu mata kuliah minor??? (*karena saran dari dosen pembimbing*)
Dilema yang mungkin dialami bagi sebagian kecil (*6 PIXELS 47 yang mengambil minor Ekonomi Syariah*) Ilkom 47. Semua orang punya hak prerogative sendiri-sendiri untuk memilih. Dengan berbagai pertimbangan dan pemikiran mungkin pilihan itulah yang akan diambil. Tetapi apapun pilihannya nanti, mungkin (*dan harapannya*) itulah yang bakal terbaik untuk dijalani.
Semoga.

0 Logo Ikamabara (ikatan keluarga mahasiswa banjarnegara)



dalam persetujuan... :D

0 Belajar Bijak


Aku, Al Qur’an dan Allah SWT

Sesungguhnya manusia yang sudah diciptakan di dunia ini harus bersyukur kepada Rabb-nya. Manusia sudah diciptakan menjadi makhluk yang paling sempurna, baik raga maupun akal dan pikirannya. Tiada ciptaan lain yang bentuk raganya melebehi indahnya bentuk raga manusia. Spesifikasi-spesifikasi organ-organ tubuh beserta fungsi yang telah diciptakan Sang Pemberi hidup sungguhlah amat sesuai dengan yang kita butuhkan. Dan juga tiada ciptaan Allah lain yang diberi karunia akal dan pikiran sesempurna manusia. Memang ada hewan yang cerdasnya hampir mendekati manusia, tetapi dia tidak dikaruniai sebuah esensi yang berharga yaitu perasaan. Begitu juga malaikat dan iblis, malaikat hanya dikarunia sifat tunduk dan patuh pada Rabb-nya sedangkan iblis yang dulunya seperti malaikat hanya karena secuil rasa sombong di hati telah 180 derajat menjadi makhluk yang sangat di benci oleh Rabb-nya.

Berbicara masalah akal dan pikiran, manusia dikarunia oleh Allah untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang pantas dan mana yang tidak pantas, mana bijak dan mana yang tidak bijak. Semua itu semata-mata diberikan agar manusia bisa menjadi makhluk yang akan menjadi lebih mulia dari malaikat, tetapi bagi yang salah jalan maka akan bisa menjadi lebih hina daripada iblis sekalipun.

Lalu jalan apakah yang bisa diambil untuk bisa mencapai derajat itu?

Telah banyak ajaran dan tuntunan yang diberikan oleh Nabi kita, Muhammad SAW untuk menjadi manusia yang mulia. Al Qur’an dan al Hadits adalah sesuatu yang mutlak harus dipegang teguh sebagai pedoman hidup dan visi ke depan. Ajaran yang begitu indah dan selaras dengan kehidupan umat manusia yang memang penuh lika-liku ini. Ajaran yang akan bisa membawa kedamaian bagi yang mengikutinya. Ajaran yang bisa membawa cahaya kearifan bagi seluruh umat manusia. Ajaran yang begitu sempurna.

Rasulullah SAW telah banyak mengajarkan kita untuk selalu menjaga hati kita agar selalu mengikuti jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT agar hidup kita kelak menjadi hidup yang bahagia, tidak hanya di dunia tetapi juga di alam sesudahnya. Rasulullah juga telah banyak meneladankan kepada kita uswah-uswah yang begitu indah kalau kita jalankan, sampai-sampai Allah SWT memberi gelar kepada beliau sebagai “al Qur’an yang berjalan” karena sifat-sifat dan keseharian beliau yang memang selaras dan serupa dengan apa yang sudah diajarkan dalam al Qur’an.

Lalu banyak orang yang bertanya, apakah kita bisa menjalankan semua yang ada dalam al Qur’an dan al Hadits layaknya Rasullah SAW, sedangkan kita hanya manusia biasa???
Hikmah dan kebaikan yang ada dalam al Qur’an dan al Hadits akan sangat membawa manfaat dan kebaikan bagi pengamalnya. Apalagi kalau bisa menjalankan semua yang diajarkan dalam al Qur’an, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Banyak ayat-ayat dalam al Qur’an yang secara langsung mengajarkan kepada kita apa yang diperintahkan oleh Allah SWT, seperti perintah sholat, puasa, zakat, haji, infaq, maupun hubungan yang bersifat muammalah. Banyak juga ayat al Qur’an yang mengajarkan kepada kita apa yang dilarang dan tidak disukai oleh Allah SWT, seperti judi, mabuk-mabukan, zina, dan semua hal-hal yang menjurus kepada sesuatu yang membawa kemadlaratan.

Namun disamping itu, banyak juga ayat-ayat dalam al Qur’an yang mengisyaratkan kepada kita tetapi tidak secara langsung tetapi dengan makna yang tersirat, seperti melalui perumpamaan, kebalikan dari yang diperintah atau dilarang, maupun sejarah masa lalu. Untuk bisa memahami semua makna itu maka perlu dikaji secara mendalam, yang tidak semua orang bisa.
Lalu apakah bagi yang tidak bisa menafsirkan berarti lepas dari kewajiban menjalankan???
Itu adalah pemikiran yang salah. Bukan berarti karena kita mempunyai keterbatasan menafsirkan lalu kita lepas begitu saja dari tanggung jawab. Banyak ulama-ulama yang sudah menafsirkan ayat-ayat al Qur’an dan al Hadits. Walaupun belum tentu 100% yang ditafsirkan para ulama sesuai dengan yang diinginkan oleh Rabb pemberi hidup tetapi setidaknya kesalahan menjadi semakin kecil. Orang yang tidak mempunyai keahlian tetapi berusaha dan memaksa memahami ayat al Qur’an yang tersirat maknanya, kemungkinan besar akan menuju dan terjerembab ke dalam skeptisme dan fanatisme pemikirannya sendiri. apa yang ditafsirkan disesuaikan dengan pemikiran dan kehendaknya. Hal seperti inilah yang tidak diinginkan dalam pemikiran umat muslim.

Sehingga sebagai orang awam yang masih sedikit sekali mehamami Islam secara menyeluruh dan bekal bahasa arab yang sangat minim, kuranglah pantas jika berusaha menafsirkan makna yang terkandung dalam ayat al Qur’an yang tersirat. Sifat memaksakan diri tidak disukai Allah SWT. Karena Allah SWT sendiri meberi kita ujian sesuai kemampuan kita, sehingga kita tidak mungkin dipaksa untuk bisa melalui sesuatu yang tidak bisa kita lalui. Begitu juga kita tidak mungkin dipaksa untuk memahami seluruh ayat al Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Secuil hikmah saja diamalkan dari ayat al Qur’an dan menjauhi apa yang dilarang dan tidak disukai Allah SWT pasti sudah akan membawa dampak yang sangat besar dalam hidup kita. Apalagi ditambah dengan mengamalkan apa yang sudah dianjurkan oleh Rasul kita.
Tetapi yang tidak boleh dilupakan, walaupun kita tidak harus bisa memahami seluruh ayat al Qur’an, tetapi yang masih wajib pada diri kita adalah berusaha memahaminya. Allah tidak hanya menilai hasil tetapi yang lebih besar adalah proses. Sehingga akan sangat bermanfaat bila kita selalu berusaha dan belajar untuk mehami al Qur’an dan al Hadits dalam hidup kita walaupun pada akhirnya hasil yang kita dapatkan kurang sesuai dengan yang kita harapkan.


Semoga bermanfaat.

12 Januari 2012

0 Belajar Dari Pepatah Kuno


“Jer Basuki Mawa Bea” untuk Mahasiswa
Bagi orang Jawa Asli atau orang yang tinggal di kompleks orang Jawa (*khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta*) pasti pernah mendengar pepatah itu. Pepatah itu sering digunakan oleh orang tua kepada anaknya, ke teman-temanya, maupun ke siapapun yang dikenalnya. Pepatah yang sarat akan makna yang mendalam yang sejalan dengan pemikiran umat manusia dan telah lama berkembang dan mengakar pada budaya orang-orang Jawa.
Jer Basuki Mawa Bea… kata-kata itu sering di ucapkan orang-orang Jawa Tengah Bagian Barat seperti Karisidenan Banyumas dan Kabupaten Tegal yang terkenal dengan ngapaknya. Jika pepatah itu di bawa ke Jawa Tengah Bagian Timur (keraton Solo dan Yogyakarta juga termasuk) maka akan menjadi Jer Basuki Mowo Beo.. Perbedaan pelafalan kata seperti ini lumrah terjadi karena memang budaya di Jawa Tengah.
Jadi apa arti dari Jer Basuki Mowo Beo????
Bagi sebagian besar orang Jawa pepatah itu sudah tidak asing dan mempunyai arti yang mendalam. Tetapi mungkin bagi sebagian besar masyarakat Indonesia kata-kata itu masih awam jadi perlu di uraikan arti dan maknanya.
“Jer Basuki Mowo Beo : kalau ingin sukses harus ada biayanya”
Bukan biaya hanya dalam arti uang dan harta. Tetapi termasuk pengorbanan kita akan apa yang kita miliki. Seperti waktu, tenaga, pikiran, ataupun kesempatan. Tanpa pengorbanan itu semua seseorang akan sangat susah bahkan mustahil bisa mencapai kesuksesan.
Pepatah yang telah mengakar itu menjadikan orang Jawa selalu berhati-hati dan bersungguh dalam melakukan sesuatu. Karena tidak mau apa yang telah dikorbankannya menjadi sia-sia. Meskipun terkadang sifat seperti itu yang berlebihan membawa dampak buruk bagi orangnya sendiri.
Kalau ditelaah, kata-kata itu juga cocok dan amat pas bila diterapkan dan diamalkan oleh mahasiswa. Mahasiswa yang ingin sukses maka tidak bisa hanya berleha-leha tanpa berusaha. Berusaha untuk meluangkan segala sesuatu demi hal-hal yang bisa meningkatkan potensi dan kualitas diri. Tidak hanya waktu, kesempatan yang masih bisa diperoleh juga jika tidak digunakan sebaik-baiknya akan sia-sia dan tidak membuahkan apa-apa.
Kebanyakan mahasiswa yang sukses adalah mahasiswa yang bersedia dan mau untuk mengorbankan banyak hal yang ia punya untuk statusnya itu. Maksudnya adalah bahwa sebagian besar mahasiswa yang sukses adalah mahasiswa yang tidak hanya berorientasi pada nilai dan pengetahuan semata sehingga dia hanya belajar untuk kuliahnya saja tanpa mengindahkan dunia sosialnya. Mahasiswa yang study oriented menang tidak jelek juga, tetapi ada sisi yang kurang. Hanya sekian persen mahasiswa yang study oriented yang benar-benar sukses.
Sedangkan persen yang lebih besar adalah untuk mahasiswa yang aktif tidak hanya pada akademik tetapi pada lingkungan sekitarnya juga. Seperti ikut berorganisasi untuk menambah kemampuan berkomunikasi dan menjalin relasi. Dapat berkomunikasi yang baik berarti mampu meyakinkan orang lain bahwa dirinya bisa. Kalau sudah bisa meyakinkan orang lain maka otomatis dia bisa meyakinkan dirinya sendiri kalau dia bisa. Semangat seperti inilah yang dibutuhkan seseorang untuk bisa sukses. Dan relasi dengan banyak orang akan mendukung untuk mengembangkan potensinya.
Hal-hal seperti inilah yang dimaksud dengan mengorbankan apa yang dimilikinya untuk statusnya. Mahasiswa masih punya banyak waktu dan kesempatan, waktu dan kesempatan inilah yang mereka korbankan untuk meraih kesuksesannya.
Semoga bermanfaat.
J

0 “SKS” dan The Power of Kepepet…



Emh ga terasa ya semester 3 udah lewat aja. Tinggal MENGHITUNG HARI (ko malah kaya lirik lagu ya. He..he.. )sebelum semester ini berakhir. Tapi dihitung2 and dipikir2 (meski ga pernah ngitung and mikir ce :D ) belom dapet apa2 ya di semester 3 uts semua jeblok (kecuali satu ce. Materi kuliah yang enak. *di uts* rangkaian digital :D) itu kan menandakan berarti ilmu yang ketrima belom maksimal tapi ga pa2lah. Yang penting tetap usaha and berdoa baru ikhtiar :D. :B
Ngomong2 masalah uts jadi inget uas juga yang sekarang lagi dijalani. Banyak banget pengalaman n kejadian di saat uas dan sekitarnya. Mulai dari yang nice menyedihkan menyebalkan mpe mengharukan. (*pengen nangis beneran cos uasnya soal dewa semua*).
Pertama2 cerita yang asyik dulu kali ya :D
Emh yang paling asyik dari semua ujian yang udah dijalanin adalah mata kuliah Filosofi Ekonomi Syariah ga tahu kenapa pas ujian eksyar beberapa hari sebelumnya maleeeeeeeeesss banget buat belajar.. (*kebiasaan ala mahasiswa.. *_*) Ngomong2 belajar jadi inget my phrend dia mengeluarkan dalil baru dari semua dalil yang udah ada. Kata dia SKS adalah system belajar terbaik saat ini bagi mahasiswa. Emh. Salah ga se????
Tapi kalo dipikir lag ice ga salah juga. Kalo SKSnya itu Sistem Kebut Setahun. Jadi belajarnya setahun lebih awal keren kali ya :D tapi mana ada ya mahasiswa yang mau gitu.. yang ada the most and hampir semua (*kecuali yang rajin2 berarti ga termasuk he..he..he.. kalo mau masuk harus audisi ya he..he,.. *) SKS yang diterapkan adalah Sistem Kebut Semalam. Malah ada juga yang Sistem Kebut Sejam. Dewa banget dia tapi mang banyak Dewa ce di Ilmu Komputer 47 IPB beserta anak cucu pengawal dan rakyat jelata (*tapi kayaknya ce banyakan rakyat biasanya he..he.. peace )..
Lanjut lagi ke eskyar.. he..he..
Emh ga tahu knapa males blajar eksyar ga tahu mang ngerasa udah bisa ato mang ga bisa jadi males blajar (*lebih ke kemungkinan kedua J ).. emh na kebetulan h-1 sebelum eksyar itu Metode Statistika yang menyita banyak banget effort tapi untungnya selesai pagi jam 11 jadi kepikiran bisa belajar Eksyar. Eh malah ada wawancara buat masuk jadi pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Komputer IPB (*semoga bisa ketrima kalo ga L *) wawancara se selesai jam tengah 12an tapi ga tahu napa malah jadi ngerumpi di Sekret Himalkom ma temen yang lain emh.. akhirnya ya malah ga belajar (*padahal lum da tabungan *). After that.. bukannya langsung pulang malah ngelakuin kebiasaan buruk yang kadang ngebuat lupa semua. Browsing ,a Surfing di internet. Haaaaaaaah. Kalo udah kepathok yang satu ini sudah banget rasanya susah banget buat lepas ya udah ngeet dah jadinya mpe jam 4 sore. After that baru pulang kostan.. (*harapanya ce biar ga keganggu ma internet ya k kostan so bisa blajar ternyata harapan tinggallah harapan*)……
Bukannya mpe kostan Belajar eh malah kepathek lagi ma nety. Nonton video ma film2 yang kedownload. (*parah gila,,,l*) (**kapan mau bisa**)
Emh akhirnya nyampe juga waktu sholat Isya.. tapi kayaknya kebiasaaan mahasiswa (*beberapa doank ce kayaknya he..he.. *) sholat juga nunggu Injuri Time.. hahaha tapi akhirnya mau juga buat tobat begitu ngedenger adzan, secepat kilat ngambil air wudlu.. (*yang secepat kilat wudlunya bukan begitu adzan langsung wudlu.. *_* wudlunya mah 30 menit setelah adzan ha.haha.. ) akhirnya sholat juga + sedikit bacaan Quran.. :D
Maybe sadar kali ya habis sholat.. langsung aja gitu ngebuka buku nyalin catetan buat sheet **meski ga boleh bawa sheet ce J ** habis nyalin materi eh malah mati lampu.. so ga bisa blajar lagi dech (*ALHAMDULILLAH .. di dalam hati memuji :D*) eh udah berbaringan ternyata malah listrik nyala. (*kayaknya terlalu banyak godaan dech dari ga tahu siapa*) bukannya bangun malah langsung aja meneparkan diri (*alasan ala mahasiswa :D *). Akhirya belajar pun cukup sampai disitu,,.
Syukur pagi masih kebangun super pagi lagi.. pas ngeliat jam ternyata baru jam 5.30 pagi (*wha..aaaaaa. itu kepagian siangnya jam brapa males banget ya ne orang ha..ha.. *)
Ya udah dech karna udah terlanjur kebangun ya sholat subuh. Na anehnya bukannya habis itu langsung mandi eeeeehhh. Malah tidur lagi masih syukur kebangun jam 06.30 so masih bisa ngejalanin metode belalar terefektif saat ini SKS Sistem Kebut Se-Jam hwahaha
Untung dosen ngasih soal UASnya ga ribet2 so jari bisa menari dengan sendirinya di atas kertas :D
Waktu ujian yang dikasih 150menit tapi baru 45 menit udah kelar. Alhamdulillah banget. Semoga hasilnya ntar memuaskan Amin J
 

Simple Note Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates