24 Januari 2012

0 Belajar Bijak


Aku, Al Qur’an dan Allah SWT

Sesungguhnya manusia yang sudah diciptakan di dunia ini harus bersyukur kepada Rabb-nya. Manusia sudah diciptakan menjadi makhluk yang paling sempurna, baik raga maupun akal dan pikirannya. Tiada ciptaan lain yang bentuk raganya melebehi indahnya bentuk raga manusia. Spesifikasi-spesifikasi organ-organ tubuh beserta fungsi yang telah diciptakan Sang Pemberi hidup sungguhlah amat sesuai dengan yang kita butuhkan. Dan juga tiada ciptaan Allah lain yang diberi karunia akal dan pikiran sesempurna manusia. Memang ada hewan yang cerdasnya hampir mendekati manusia, tetapi dia tidak dikaruniai sebuah esensi yang berharga yaitu perasaan. Begitu juga malaikat dan iblis, malaikat hanya dikarunia sifat tunduk dan patuh pada Rabb-nya sedangkan iblis yang dulunya seperti malaikat hanya karena secuil rasa sombong di hati telah 180 derajat menjadi makhluk yang sangat di benci oleh Rabb-nya.

Berbicara masalah akal dan pikiran, manusia dikarunia oleh Allah untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang pantas dan mana yang tidak pantas, mana bijak dan mana yang tidak bijak. Semua itu semata-mata diberikan agar manusia bisa menjadi makhluk yang akan menjadi lebih mulia dari malaikat, tetapi bagi yang salah jalan maka akan bisa menjadi lebih hina daripada iblis sekalipun.

Lalu jalan apakah yang bisa diambil untuk bisa mencapai derajat itu?

Telah banyak ajaran dan tuntunan yang diberikan oleh Nabi kita, Muhammad SAW untuk menjadi manusia yang mulia. Al Qur’an dan al Hadits adalah sesuatu yang mutlak harus dipegang teguh sebagai pedoman hidup dan visi ke depan. Ajaran yang begitu indah dan selaras dengan kehidupan umat manusia yang memang penuh lika-liku ini. Ajaran yang akan bisa membawa kedamaian bagi yang mengikutinya. Ajaran yang bisa membawa cahaya kearifan bagi seluruh umat manusia. Ajaran yang begitu sempurna.

Rasulullah SAW telah banyak mengajarkan kita untuk selalu menjaga hati kita agar selalu mengikuti jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT agar hidup kita kelak menjadi hidup yang bahagia, tidak hanya di dunia tetapi juga di alam sesudahnya. Rasulullah juga telah banyak meneladankan kepada kita uswah-uswah yang begitu indah kalau kita jalankan, sampai-sampai Allah SWT memberi gelar kepada beliau sebagai “al Qur’an yang berjalan” karena sifat-sifat dan keseharian beliau yang memang selaras dan serupa dengan apa yang sudah diajarkan dalam al Qur’an.

Lalu banyak orang yang bertanya, apakah kita bisa menjalankan semua yang ada dalam al Qur’an dan al Hadits layaknya Rasullah SAW, sedangkan kita hanya manusia biasa???
Hikmah dan kebaikan yang ada dalam al Qur’an dan al Hadits akan sangat membawa manfaat dan kebaikan bagi pengamalnya. Apalagi kalau bisa menjalankan semua yang diajarkan dalam al Qur’an, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Banyak ayat-ayat dalam al Qur’an yang secara langsung mengajarkan kepada kita apa yang diperintahkan oleh Allah SWT, seperti perintah sholat, puasa, zakat, haji, infaq, maupun hubungan yang bersifat muammalah. Banyak juga ayat al Qur’an yang mengajarkan kepada kita apa yang dilarang dan tidak disukai oleh Allah SWT, seperti judi, mabuk-mabukan, zina, dan semua hal-hal yang menjurus kepada sesuatu yang membawa kemadlaratan.

Namun disamping itu, banyak juga ayat-ayat dalam al Qur’an yang mengisyaratkan kepada kita tetapi tidak secara langsung tetapi dengan makna yang tersirat, seperti melalui perumpamaan, kebalikan dari yang diperintah atau dilarang, maupun sejarah masa lalu. Untuk bisa memahami semua makna itu maka perlu dikaji secara mendalam, yang tidak semua orang bisa.
Lalu apakah bagi yang tidak bisa menafsirkan berarti lepas dari kewajiban menjalankan???
Itu adalah pemikiran yang salah. Bukan berarti karena kita mempunyai keterbatasan menafsirkan lalu kita lepas begitu saja dari tanggung jawab. Banyak ulama-ulama yang sudah menafsirkan ayat-ayat al Qur’an dan al Hadits. Walaupun belum tentu 100% yang ditafsirkan para ulama sesuai dengan yang diinginkan oleh Rabb pemberi hidup tetapi setidaknya kesalahan menjadi semakin kecil. Orang yang tidak mempunyai keahlian tetapi berusaha dan memaksa memahami ayat al Qur’an yang tersirat maknanya, kemungkinan besar akan menuju dan terjerembab ke dalam skeptisme dan fanatisme pemikirannya sendiri. apa yang ditafsirkan disesuaikan dengan pemikiran dan kehendaknya. Hal seperti inilah yang tidak diinginkan dalam pemikiran umat muslim.

Sehingga sebagai orang awam yang masih sedikit sekali mehamami Islam secara menyeluruh dan bekal bahasa arab yang sangat minim, kuranglah pantas jika berusaha menafsirkan makna yang terkandung dalam ayat al Qur’an yang tersirat. Sifat memaksakan diri tidak disukai Allah SWT. Karena Allah SWT sendiri meberi kita ujian sesuai kemampuan kita, sehingga kita tidak mungkin dipaksa untuk bisa melalui sesuatu yang tidak bisa kita lalui. Begitu juga kita tidak mungkin dipaksa untuk memahami seluruh ayat al Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Secuil hikmah saja diamalkan dari ayat al Qur’an dan menjauhi apa yang dilarang dan tidak disukai Allah SWT pasti sudah akan membawa dampak yang sangat besar dalam hidup kita. Apalagi ditambah dengan mengamalkan apa yang sudah dianjurkan oleh Rasul kita.
Tetapi yang tidak boleh dilupakan, walaupun kita tidak harus bisa memahami seluruh ayat al Qur’an, tetapi yang masih wajib pada diri kita adalah berusaha memahaminya. Allah tidak hanya menilai hasil tetapi yang lebih besar adalah proses. Sehingga akan sangat bermanfaat bila kita selalu berusaha dan belajar untuk mehami al Qur’an dan al Hadits dalam hidup kita walaupun pada akhirnya hasil yang kita dapatkan kurang sesuai dengan yang kita harapkan.


Semoga bermanfaat.
 

Simple Note Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates