Entah mengapa tiba-tiba ingin menulis tentang hal ini. Mungkin
alasan pertama adalah ketika teman kamar menceritakan kalau suatu malam dia
dikirimi oleh ceweknya lagu Lingsir Wengi ini. Bukan hanya itu sebenarnya,
beserta lagu itu dikirim pula video kuntilanak. Alasan kedua adalah siang ini
lagi pas ada film tentang hantu nenek-nenek yang menculik anak-anak da nada backsound
lagu lingsir wengi ini.
Lantas mengapa lagu ini terkesan sangat mistis
sekali?
Menurut beberapa teman yang sudah pernah mendengarkan
lagu-lagu jawa hampir semua bilang lagunya seram. Mungkin karena suara “gending”
jawa memang memberi kesan angker. Tapi sebenarnya kalau orang-orang tahu
artinya, maka mungkin pandangan akan berubah. Sama seperti lagu lingsir wengi
ini yang kesannya digunakan untuk memanggil atau backsound datangnya hantu.
Namun jika ditelaah lebih lanjut, maka sebenarnya lagu
tersebut bukanlah lagu pemanggilan setan / hantu. Meskipun liriknya ada yang
menyebutkan kata “jin setan”. Selengkapnya, berikut lirik lagu dan arti dalam
bahasa Indonesia yang saya kutip dari blog cipcipmuah.blogspot.com (berhubung
saya tidak hapal lirik lengkapnya).
Lingsir Wengi (Menjelang Tengah Malam)
Lingsir wengi, sliramu tumeking sirno (Menjelang tengah
malam, dirimu mulai sirna)
Ojo tangi nggonmu guling (Jangan terbangun dari tidurmu)
Awas jo ngetoro (Awas, jangan terlihat)
Aku lagi bang wingo wingo (Aku sedang gelisah)
Jin setan kang tak utusi (Jin setan kuperintahkan)
Jin setan kang tak utusi (Jin setan kuperintahkan)
Dadiyo sebarang (Jadilah apapun juga)
Wojo lelayu sebet (Namun jangan membawa maut)
Lirik lagu dari Lingsir wengi tersebut memang terkesan
mistis, padahal kalau dibaca berulang dan dipahami maknanya maka tidak lagi.
Hampir lupa, sebenarnya lagu di atas bukanlah lagu Lingsir
wengi yang sebenarnya. Lagu itu sebenarnya adalah macapat. Macapat adalah
tembang jawa yang biasanya dinyanyikan oleh para orang tua untuk anaknya.
Macapat bisa berupa tebakan, nasihat, larangan, pesan, himbauan, ataupun
pantangan bagi anaknya.
Sedangkan lirik lagu Lingsir Wengi yang benar-benar lagu
adalah sebagai berikut :
Lingsir Wengi (Menjelang Tengah Malam)
Lingsir wengi, sepi durung biso nendro (Menjelang tengah
malam, sepi tak bisa tidur)
Kagodho maring wewayang (Tergoda dengan bayanganmu)
Kang ngerindhu ati (Yang selalu membuat rindu di hati)
Kawitane, mung sembrono njur kulino (Mulanya, hanya
coba-coba malah menjadi terbiasa)
Ra ngiro yen bakal nuwuhke tresno (Tak mengira akan jadi
cinta)
Nanging duh tibane aku dhewe kang nemahi (Tetapi tiba
waktunya aku sendiri yang mengalami)
Nandang bronto, kadung loro (Menderita, menanggung derita)
Sambat-sambat sopo, rino wengi (Mengeluh kepada siapa, siang
dan malam)
Sing tak puji ojo lali (Yang kucinta, jangan melupakanku)
Janjine mugo biso tak ugeni (Janjinya kuharap tak kau
ingkari)
Lantas mengapa bisa menjadi salah paham seperti ini? Lagu
yang harusnya adalah lagu percintaan dan romantis menjadi lagu yang terkesan
mistis dan angker.
Awal mulanya adalah ketika Julie Estelle yang membintangi
film Kuntilanak menyanyikan lagu tersebut
untuk mengundang Kuntilanak agar ke luar dari cermin. Semenjak saat itu,
persepsi masyarakat Indonesia, yang memang mayoritas tidak mengerti bahasa Jawa
Kromo, menjadikan lagu lingsir wengi menjadi terkesan klenik dan angker. Tidak
bisa disalahkan juga, saya saja yang orang Jawa tulen agak kurang memahami
sesuatu yang ditulis atau diperdengarkan dalam bahasa Jawa Kromo, apalagi Kawi.
Tapi harapannya, suatu saat lagu ini bisa kembali pesona
romantismenya mengalahkan kesan klenik dan angker.