5 November 2013

0 Lingsir Wengi, antara Romantika dan Mistis

Entah mengapa tiba-tiba ingin menulis tentang hal ini. Mungkin alasan pertama adalah ketika teman kamar menceritakan kalau suatu malam dia dikirimi oleh ceweknya lagu Lingsir Wengi ini. Bukan hanya itu sebenarnya, beserta lagu itu dikirim pula video kuntilanak. Alasan kedua adalah siang ini lagi pas ada film tentang hantu nenek-nenek yang menculik anak-anak da nada backsound lagu lingsir wengi ini.

Lantas mengapa lagu ini terkesan sangat mistis sekali?

Menurut beberapa teman yang sudah pernah mendengarkan lagu-lagu jawa hampir semua bilang lagunya seram. Mungkin karena suara “gending” jawa memang memberi kesan angker. Tapi sebenarnya kalau orang-orang tahu artinya, maka mungkin pandangan akan berubah. Sama seperti lagu lingsir wengi ini yang kesannya digunakan untuk memanggil atau backsound datangnya hantu.
Namun jika ditelaah lebih lanjut, maka sebenarnya lagu tersebut bukanlah lagu pemanggilan setan / hantu. Meskipun liriknya ada yang menyebutkan kata “jin setan”. Selengkapnya, berikut lirik lagu dan arti dalam bahasa Indonesia yang saya kutip dari blog cipcipmuah.blogspot.com (berhubung saya tidak hapal lirik lengkapnya).

Lingsir Wengi (Menjelang Tengah Malam)
Lingsir wengi, sliramu tumeking sirno (Menjelang tengah malam, dirimu mulai sirna)
Ojo tangi nggonmu guling (Jangan terbangun dari tidurmu)
Awas jo ngetoro (Awas, jangan terlihat)
Aku lagi bang wingo wingo (Aku sedang gelisah)
Jin setan kang tak utusi (Jin setan kuperintahkan)
Jin setan kang tak utusi (Jin setan kuperintahkan)
Dadiyo sebarang (Jadilah apapun juga)
Wojo lelayu sebet (Namun jangan membawa maut)

Lirik lagu dari Lingsir wengi tersebut memang terkesan mistis, padahal kalau dibaca berulang dan dipahami maknanya maka tidak lagi.
Hampir lupa, sebenarnya lagu di atas bukanlah lagu Lingsir wengi yang sebenarnya. Lagu itu sebenarnya adalah macapat. Macapat adalah tembang jawa yang biasanya dinyanyikan oleh para orang tua untuk anaknya. Macapat bisa berupa tebakan, nasihat, larangan, pesan, himbauan, ataupun pantangan bagi anaknya.
Sedangkan lirik lagu Lingsir Wengi yang benar-benar lagu adalah sebagai berikut :

Lingsir Wengi (Menjelang Tengah Malam)
Lingsir wengi, sepi durung biso nendro (Menjelang tengah malam, sepi tak bisa tidur)
Kagodho maring wewayang (Tergoda dengan bayanganmu)
Kang ngerindhu ati (Yang selalu membuat rindu di hati)
Kawitane, mung sembrono njur kulino (Mulanya, hanya coba-coba malah menjadi terbiasa)
Ra ngiro yen bakal nuwuhke tresno (Tak mengira akan jadi cinta)
Nanging duh tibane aku dhewe kang nemahi (Tetapi tiba waktunya aku sendiri yang mengalami)
Nandang bronto, kadung loro (Menderita, menanggung derita)
Sambat-sambat sopo, rino wengi (Mengeluh kepada siapa, siang dan malam)
Sing tak puji ojo lali (Yang kucinta, jangan melupakanku)
Janjine mugo biso tak ugeni (Janjinya kuharap tak kau ingkari)

Lantas mengapa bisa menjadi salah paham seperti ini? Lagu yang harusnya adalah lagu percintaan dan romantis menjadi lagu yang terkesan mistis dan angker.
Awal mulanya adalah ketika Julie Estelle yang membintangi film Kuntilanak menyanyikan lagu tersebut  untuk mengundang Kuntilanak agar ke luar dari cermin. Semenjak saat itu, persepsi masyarakat Indonesia, yang memang mayoritas tidak mengerti bahasa Jawa Kromo, menjadikan lagu lingsir wengi menjadi terkesan klenik dan angker. Tidak bisa disalahkan juga, saya saja yang orang Jawa tulen agak kurang memahami sesuatu yang ditulis atau diperdengarkan dalam bahasa Jawa Kromo, apalagi Kawi.
Tapi harapannya, suatu saat lagu ini bisa kembali pesona romantismenya mengalahkan kesan klenik dan angker.
 

Simple Note Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates